Sabtu, 14 Juni 2014

Tugas, deni.



KRISIS EKONOMI YANG TERJADI PADA TAHUN 1996






Disusunoleh :
Deniyustiaputra



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Sampai tahun 1996, Asia menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. Tetapi, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan memiliki "current account deficit" dan perawatan kecepatan pertukaran pegged menyemangati peminjaman luar dan menyebabkan ke keterbukaan yang berlebihan dari risiko pertukaran valuta asing dalam sektor finansial dan perusahaan.
Pelaku ekonomi telah memikirkan akibat Daratan Tiongkok pada ekonomi nyata sebagai faktor penyumbang krisis. RRT telah memulai kompetisi secara efektif dengan eksportir Asia lainnya terutaman pada 1990-an setelah penerapan reform orientas-eksport. Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar, yang naik nilainya pada 1990-an. Importir Barat mencari produsen yang lebih murah dan menemukannya di Tiongkok yang biayanya rendah dibanding dollar.
Krisis Asia dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan memengaruhi mata uang, pasar bursa, dan harga aset beberapa ekonomi Asia Tenggara. Dimulai dari kejadian di Amerika Selatan, investor Barat kehilangan kepercayaan dalam keamanan di Asia Timur dan memulai menarik uangnya, menimbulkan efek bola salju.
1.2              Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka timbul beberapa masalah yang dapat di definisikan sebagai berikut :
1.      Banyak pelaku ekonomi, termasuk Joseph Stiglitzdimanadisebabkanoleh shock risk yang tiba-tiba.
2.      Jeffrey Sachs, telah meremehkan peran ekonomi nyata dalam krisis dibanding dengan pasar finansial yang diakibatkan kecepatan krisis.
3.       Kecepatan krisis ini telah membuat Sachs dan lainnya untuk membandingkan dengan pelarian bank klasik.
1.3              Tujuan
1.      Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kondisikrisisekonomipadatahun 1996.
2.      Untuk mengetahui Usaha - usaha apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi padatahun 1996.
3.      Untuk mengetahui Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi pemerintah untuk meningkatkan krisisekonomipadatahun 1995-1996
1.4              Sistematika penulisan




















BAB II
PEMBAHASAN
KRISIS EKONOMI YANG TERJADI PADA TAHUN 1996

2.1          Keterpurukandankondisikrisisekonomipadatahun 1996
               Semenjak Republik Indonesia berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945, disadari bahwa masalah pokok yang di hadapi adalah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola negaranya mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping memikirkan suatu kehidupan sosial politik yamg demokrasi.
               Kehidupan ekonomi tidak terlepas dari kehidupan manusia.
Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia adalah mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia yang lainnya didalam memenuhi kebutuhan kehidupan. Dalam keseharian kita mengenaltentangKehidupan Ekonomi, Sistem Perekonomian, Asas Ekonomi, Perekonomian, semua istilah itu sudah biasa kita gunakan
               Hal mengenai perekonomian di temukan oleh Joseph Stigliz sebagai berikut:”sesuatu aturan – aturan mengenai ekonomi”.
Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini.Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya Suharto di Indonesia dan Chavalit Yongchaiyudh di Thailand. Ada peningkatan anti-Barat, dengan George Soros dan IMF khususnya, keluar sebagai kambing hitam.Secara budaya, krisis finansial Asia mengakibatkan kemunduran terhadap ide adanya beberapa set "Asian value", yaitu Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Krisis Asia juga meningkatkan prestise ekonomi RRC.
Krisis Asia menyumbangkan ke krisis Rusia dan Brasil pada 1998, karena setelah krisis Asia bank tidak ingin meminjamkan ke negara berkembang.Krisis ini telah dianalisa oleh para pakar ekonomi karena perkembangannya, kecepatan, dinamismenya; dia memengaruhi belasan negara, memiliki efek ke kehidupan berjuta-juta orang, terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Mungkin para pakar ekonomi lebih tertarik lagi dengan betapa cepatnya krisis ini berakhir, meninggalkan ekonomi negara berkembang tak berpengaruh. Keingintahuan ini telah menimbulkan ledakan di pelajaran tentang ekonomi finansial dan "litani" penjelasan mengapa krisis ini terjadi. Beberapa kritik menyalahkan tindakan IMF dalam krisis, termasuk oleh pakar ekonomi Bank Dunia Joseph Stiglitz.
2.2     Usaha-Usaha apasajadalammenghadapikrisisekonomipadatahun 1996
Sampaitahun 1996, Asia menarikhampirsetengahdarialiran modal negaraberkembang.Tetapi, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan memiliki "current account deficit" danperawatankecepatanpertukaran pegged menyemangatipeminjamanluardanmenyebabkankeketerbukaan yang berlebihandaririsikopertukaranvalutaasingdalamsektorfinansialdanperusahaan.
PelakuekonomitelahmemikirkanakibatDaratanTiongkokpadaekonominyatasebagaifaktorpenyumbangkrisis. RRT telahmemulaikompetisisecaraefektifdenganeksportir Asia lainnyaterutamanpada 1990-ansetelahpenerapan reform orientas-eksport. Yang paling penting, matauang Thailand dan Indonesia adalahberhubunganeratdengan dollar, yang naiknilainyapada 1990-an. Importir Barat mencariprodusen yang lebihmurahdanmenemukannya di Tiongkok yang biayanyarendahdibanding dollar.
Krisis Asia dimulaipadapertengahantahun 1997 danmemengaruhimatauang, pasar bursa, danhargaasetbeberapaekonomi Asia Tenggara.Dimulaidarikejadian di Amerika Selatan, investor Barat kehilangankepercayaandalamkeamanan di Asia Timurdanmemulaimenarikuangnya, menimbulkanefek bola salju.
Banyakpelakuekonomi, termasuk Joseph Stiglitzdan Jeffrey Sachs, telahmeremehkanperanekonominyatadalamkrisisdibandingdenganpasarfinansial yang diakibatkankecepatankrisis.Kecepatankrisisinitelahmembuat Sachs danlainnyauntukmembandingkandenganpelarian bank klasik yang disebabkanoleh shock risk yang tiba-tiba. Sachmenunjukkekebijakankeuangandanfiskal yang ketat yang diterapkanolehpemerintahpadasaatkrisisdimulai, sedangkan Frederic Mishkinmenunjukkeperananinformasiasimetrikdalampasarfinansial yang menujuke "mental herd" di antara investor yang memperbesarrisiko yang relatifkecildalamekonominyata. Krisisinitelahmenimbulkankeinginandaripelaksanaekonomiperilakutertarik di psikologipasar.
Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi pemerintah untuk meningkatkan krisis ekonomi pada tahun 1995-1996 
Masalah yang dihadapi dalam bidang keuangan setelah Indonesia merdeka lebih pelik lagi. Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik.
Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS. Pada tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut -- level efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat.
Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran mengambang teratur ditukar dengan pertukaran mengambang-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 miliar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September. Moody's menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi "junk bond".Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul pada neraca perusahaan. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden. mulai dari sini krisis moneter indonesia memuncak











KESIMPULAN
  
               Negara kesatuan republik indonesia yang di proklamorkan pada tanggal 17 agustus 1945 mengalami kondisi yang sangat buruk dengan segala keterbatasan di berbagai bidangekonomidanlainnyahalituterjadikarena Indonesia belummerasakanmerdekasepenuhnyaolehkarenaitubangsa Indonesia terkenalahkrisisekonomitersebutdimanatelahterjadikrisissetelahberjalannyasuatukemerdekaanbangsa Indonesia. Indonesia memilikiinflasi yang rendah, perdagangan surplus lebihdari 900 jutadolar, persediaanmatauangluar yang besar, lebihdari 20 miliardolar, dansektor bank yang baik.
Tapibanyakperusahaan Indonesia yang meminjamdolar AS.Padatahunberikut, ketika rupiah menguatterhadapdolar, praktisiinitelahbekerjabaikuntukperusahaantersebut -- level efektifitashutangmerekadanbiayafinansialtelahberkurangpadasaathargamatauanglokalmeningkat.















DAFTAR FUSTAKA

Joseph Stigliz, Krisisekonomi Indonesia, Balai Pustaka, 1996.
Kaufman, GG., Krueger, TH., Hunter, WC. (1999) The Asian Financial Crisis: Origins, Implications and Solutions. Springer.ISBN 0-7923-8472-5
Pettis, Michael (2001).The Volatility Machine: Emerging Economies and the Threat of Financial Collapse. Oxford University Press.ISBN 0-19-514330-2.
Blustein, Paul (2001). The Chastening: Inside the Crisis that Rocked the Global Financial System and Humbled the IMF. PublicAffairs.ISBN 1-891620-81-9.
Noland, Markus, Li-gang Liu, Sherman Robinson, and Zhi Wang.(1998) Global Economic Effects of the Asian Currency Devaluations.Policy Analyses in International Economics, no. 56. Washington, DC: Institute for International Economics.
Pempel, T. J. (1999) The Politics of the Asian Economic Crisis. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Ries, Philippe. (2000) The Asian Storm: Asia's Economic Crisis Examined.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar